Budidaya tanaman porang, khir-akhir ini menjadi buah bibir dan viral di dunia maya dua tahun terakhir ini. Berbagai kalangan mulai melirik potensi budidaya tanaman porang karena mudah tumbuh di semua wilayah Indonesia baik di daratan rendah, sendang maupun tinggi dengan hasil yang cukup menggiurkan. Kalangan yang termotivasi dan semangat untuk mencoba budidaya porang ada dari kaum profesional, pekerja bahkan pejabat pemerintahan. Viralnya potensi budidaya porang di tahun 2019 membuat mereka tidak tangung-tangung investasi dalam mengelola kebun porang. Mereka ada yang mulai dari 1 Ha, belasan hektar bahkan ada yang mencapai 63 Ha. Lewat media sosial, semengat mereka menular bagaikan virus yang tidak terbendung dan membuat di tahun 2020 menjadi lebih viral lagi. Kondisi ini sangat berpengaruh positif terhadap terciptanya lapangan kerja baru yang sangat signifikan namun dari sisi lain peningkatan jumlah luas area budidaya porang berpengaruh besar terhadap ketersediaan bibit dari penjual bibit yang tidak mampu memenuhi permintaan bibit dari para petani baru yang sangat banyak. Akibatnya harga bibit menjadi tidak stabil, langka dan sangat mahal.
Fenomena viralnya suatu informasi sering sekali terjadi di Indonesia dan informasi ini tanpa analisa panjang sering dan selalu langsung diikuti dan dilakukan oleh masyarakat. Mengambil dari pengalaman boomingnya beberapa tanaman yang lain di tahun-tahun sebelumnya dan menjadi biasa setelah harga tidak seperti yang di harapkan bahkan hasil tidak sebanding dengan pengeluaran mengakibatkan banyak pengamat yang pesimis sehingga mereka mengambil kesimpulan bahwa tanaman porang akan sama nasibnya dengan tanaman-tanaman yang lain (viral-booming-surut-ditinggalkan). Pendapat ini di bantah oleh banyak pengamat lain dan mereka menampilkan data, dimana kebutuhan porang sangat besar sekali dibanding jumlah produksi porang yang ada di dunia. Mereka juga memberikan data dimana masih banyak pabrik tepung porang yang belum berproduksi karena tidak mendapatkan suplay bahan baku umbi porang untuk di produksi menjadi tepung. Selain itu, tepung porang di Indonesia masih di peruntukan untuk pangan (bahan pengganti gandum) dengan kelibahan mengandung zat Glukomanan yang sangat bagus untuk kesehatan tubuh manusia padahal kandungan dalam umbi porang juga mengandung zat oksalat untuk industri yang harganya jauh lebih mahal ketimbang hanya dijadikan bahan pangan pengganti gandum.
Potensi ekonomi budidaya porang yang sangat tinggi menarik perhatian banyak pengusaha besar dan mulai beberapa diantara mereka mengalihkan sebagian dana investasinya ke sektor budidaya porang dengan mendirikan pabrik tepung porang. Meskipun mesin tepung porang bukan harga yang murah sekitar Rp.3,000,000,000.- belum termasuk harga tanah dan bangunan, tidak membuat mengurungkan niat mereka untuk terjun ambil bagian di dunia perporangan. Meskipun mereka tahu ketersediaan bahan baku umbi porang masih sedikit, mereka tetap membangun pabrik. Mereka membuat strategi masing-masing untuk mendapatkan umbi porang agar mesin mereka bisa berproduksi. Bertambahya pabrik dan eksportir berpangaruh langsung terhadap harga umbi porang, dimana tahun 2019 hanya sekitar Rp.8,000.- sd Rp.10,000.- per kg naik di tahun 2020 Rp.13,000 sd Rp.15,000.-per kg. Kenaikan harga umbi porang (pembelian pabrik) dan kenaikan permintaan umbi porang membuat bibit porang semakin melambung tinggi. Harga bibit umbi di tahun 2019 sampai akhir musim tanam 2019 hanya sekitar Rp.30,000.- sd Rp.40,000.-per kg, namun tahun 2020 bulan september harga bibit umbi sudah sekitar Rp.150,000 sd Rp.250,000.- per kg.
Melambungnya harga bibit porang membuat sebagian petani baru terutama yang modalnya tak ada, mengurungkan niat untuk budidaya porang. Sebagian lagi mencari jalan lain dengan mempelajari lebih dalam tentang seluk-beluk budidaya porang dari hulu sampai hilir kemudian mencari investor. Hal ini membuat harga bibit bertambah langka sampai bulan september ini, sementara akhir musim tanam masih 3 bulan lagi. Petani yang masih tetap ingin budidaya porang dengan modal sendiri tetap membeli bibit sesuai kemampuan mereka. Beberapa petani baru yang beli bibit pada Konjac Farm, hanya membeli 1 kg sd 10 kg. Alasan mereka tetap membeli meskipun mahal adalah beli bibit hanya sekali karena tahun depan sudah produksi bibit sendiri. Harga bibit yang tinggi juga membuat beberapa orang melakukan eksperimen memperbanyak bibit dengan kultur jaringan ataupun dengan membelah umbi secara manual tanpa kultur jaringan. Kultur jaringan sendiri bisa berasal dari daun porang, katak porang maupun umbi porang. Namun perlu anda ketahui bahwa semakin besar bibit akan semkin besar pohon yang di hasilkan (jumlah banyak, ukuran katak besar-besar). Hal ini disebabkan karena bibit (umbi, katak, spora) yang di tanam akan menjadi nutrisi utama pertumbuhan pohon porang sambil mengambil nutrisi dari luar.
Budidaya Porang Jawa barat
Petani budidaya porang di Provinsi Jawa Barat masih sangat sedikit dan ketinggalan jauh dari Jawa Tengah, Jawa timur bahkan ketinggalan jauh dari Sulawesi Selatan. Saat ini di Provinsi Sulawesi Selatan ada 3 Pabrik tepung porang yang terletak di Kota Makassar, Kab. Takalar dan Kab. Sidrap dan ketiga pabrik tersebut aktif produksi tahun ini. Produksi umbi porang Sulawesi Selatan cukup besar karena kebutuhan satu pabrik per hari 40, dengan 3 pabrik maka minimal per hari 120 Ton.
Alhamdulillah dengan viralnya porang dua tahun terakhir ini, petani di Jawa Barat semakin bertambah meskipun tidak sebesar pertambahan jumlah petani di tiga provinsi diatas. Pertambahan petani di Jawa Barat tahun 2019 di ikuti pertambahan hasil panen tahun 2020 (april-juli), namun pertambahan ini belum lah mampu memenuhi kebutuhan satu pabrik sehingga pabrik yang ada di Soreang Kab. Bandung belum berproduksi tahun ini (2020). Tahun ini, produksi umbi porang Jawa Barat masih di jual ke Jawa Timur.
Selain petani budidaya tanaman porang yang punya lahan (baik sewa maupun lahan milik sendiri) ada petani yang tidak memiliki lahan sama sekali, namanya petani digital. Petani ini, aktif mempelajari seluk beluk tentang budidaya porang bahkan kadang lebih pintar dan cerdas ketimbang petani (kita sebut petani real) yang berhubungan langsung dengan proses tanam. Petani digital jauh lebih banyak tingkat pertumbuhan jumlah petaninya ketimbang petani real, ditambah lagi dengan mahalnya bibit dimana yang tadinya niat ingin nanam karena tidak punya modal banyak atau tidak mau membeli bibit mahal (mungkin menunggu bibit murah) akhirnya hanya bisa menjadi petani digital (semua group petani porang dia masuki). Banyaknya petani digital yang tidak mengalami atau berhubungan langsung dengan proses budidaya tanaman porang, perawatan sampai panen menjadi banyaknya informasi di media sosial yang hanya copy paste tanpa update informasi terbaru. Sampai saat ini (september 2020), masih ada konten-konten copy paste yang tidak di edit sehingga informasi yang sampai ke masyarakat yang ingin mengetahui informasi budidaya tanaman porang tidak valid informasinya. Contoh, masih sering muncul konten baru dengan harga pembelian umbi porang oleh pabrik dengan harga Rp.3,000.- per kg padahal harga sekarang (september 2020) sekitar Rp.13,000.- sd Rp.15,000.- per kg.
Petani porang digital di Jawa Barat cukup banyak dan cerdas serta memiliki beberapa komunitas dan group yang aktif seling berbagi informasi. Tahun ini (2020), bebrapa di antaranya sudah memiliki lahan baik sewa maupun kerjasama bahkan ada yang sudah punya lahan milik sendiri. InSyaAllah tahun depan, budidaya porang Jawa Barat akan meningkat produksi porangnya dengan adanya komunitas dan group yang saling berbagi informasi terupdate.
Namun kami ingatkan bagi yang baru bergabung dalam group atau baru mencari informasi di internet untuk banyak membaca referensi info tentang bududaya porang karena sebagian besar sumber informasi di internet berasal dari petani digital yang kebanyakan belum pernah bersentuhan langsung dengan proses budidaya porang. Carilah petani digital yang sudah pernah budidaya porang minimal satu musim (lebih bagus 2 atau 3 musim ke atas) karena mereka sudah mengalami langsung masalah yang terjadi di lapangan dan cara mengatasinya. STOP ikut-ikutan karena 95% petani baru pada budidaya tanaman porang, gagal di musim pertama karena mereka hanya melihat mudahnya dan hasil yang besar tanpa mempelajari prosesnya.
Beda lokasi lahan beda kondisi tanahnya, bahkan dalam satu lokasipun belum tentu sama tingkat kesuburannya setiap jengkalnya. Analisa lahan (Ph, kesuburan, tekstur tanah, kontur tanah, ketinggian, curah hujan) kemudian tentukan treatment (perlakuan) terhadap lahan budidaya porang. Riset atau ngobrol langsung dengan beberapa petani (jangan hanya 1 atau 2 petani saja) yang sudah pernah budidaya porang. Kenapa mesti beberapa petani? karena ilmu setiap petani berbeda dan sama pun ilmunya belum tentu sama yang mereka lakukan.
Lahan di Jawa Barat sangat bervariasi, mulai dari ketinggian, jenis tanah, kesuburan, bahkan curah hujan pun tidak sama. Dalam olah tanah, selain belajar ke petani porang, kita juga perlu bertanya ke petani sekitar lahan kita yang sudah lama bertani. Petani di sekitar kita, sudah paham dengan kondisi lahan dan cara treatment atau olah tanah yang cocok dengan lahan mereka dan mungkin cara mereka bisa kita tiru. Pada dasarnya olah tanah untuk budidaya porang hampir sama dengan olah tanah tanaman lain.
Tahapan budidaya Porang dengan Benar
Langkah pertama, Analisa dan Perencanaan Budidaya tanaman Porang
- Cek lahan, Ph tanah, kesuburun dan kontur.
- Menentukan Treatment atau perencanaan olah tanah budidaya tanaman porang.
Langkah kedua, Persiapan Budidaya Porang
- Membentuk team pekerja (Mandor, pekerja, konsultan dan pengawas)
- Siapkan modal kerja.
- Siapkan bibit.
- Siapkan pupuk; kapur/sulfur, insektisida, hormon dll.
- Siapkan peralatan; traktor, sprayer, mesin rumput, cakul, golok dll.
- Siapkan gudang penyimpanan peralatan.
- Siapkan tempat penyimpanan bibit dan hasil panen
- Siapkan lahan.
Langkah ketiga, Olah Tanah
- Bersihkan lahan dari gulma sampai akarnya.
- Bikin teras miring jika lahannya miring.
- Bikin bedengan sesuai keinginan.
- Bikin saluran air (menghindari genangan air jika hujan).
- Bikin jalanan.
- Olah tanah sesuai Ph.
- Taburi bedengan dengan kapur jika Ph rendah dan taburi sulfur atau almunium sulfat jika Ph tinggi.
- Diamkan beberapa hari, jika masih lama waktu tanam diamkan selama 21 hari.
- Beri pupuk dasar dengan pupuk kandang fermentasi atau yg organik ataupun pupuk kimia.
- jika pupuk kandang yang tidak di fermentasi, diamkan 7 hari (semakin lama semakin bagus).
- jika masa proses ini mulai tumbuh rumput, segera di cabut atau semprot dengan herbisida sistemik.
Langkah keempat, Penanaman
- Jarak tanam di sesuaikan besarnya bibit dan target musim.
- Lubangi titik yang mau di tanami sekitar 20 cm.
- jika belum ada pupuk dasar, beri pupuk kandang/kompos.
- Masukkan bibit porang.
- Tutup dengan tanah sampai bibitnya tidak kelihatan.
- Untuk bibit spora dan katak mini kami sarankan tanah di polybag 25×25 selama satu musim.
- Untuk bibit katak besar dan umbi mini (isi up 150) kami sarankan tanam di polybag 30×30 selama satu musim.
- Catatan: metode tanam setiap petani beda-beda, silahkan lakukan sesuai yang di senangi.
Langkah kelima, Perawatan
- Bersihkan rumput jika terlalu tinggi, terutama di awal pertumbuhan.
- Perhatikan daun dan batang dari hama setiap minggu, jika ada ulat atau hama dan jumlahnya sedikit boleh secara manual namun jika banyak segera semprot dengan racun anti hama.
- Perhatikan pertumbuhan batang dan warna daun, perubahan warna dan bentuk bisa dijadikan acuan kondisi tanaman, apakah kekurangan nitrogen, kalium, kalsium, sulfur atau kekurangan air.
- Berikan pupuk nitrogen setiap minggu atau setiap 2 minggu terutama di masa 2 bulan pertumbuhan awal. berikan pupuk tambahan lain atau hormon jika diperlukan.
Langkah keenam, Proses Panen
- Panen porang ada 2 jenis yaitu panen katak dan panen umbi.
- Katak setiap musim, setelah pohon porang dorman (mati batangnya) maka kataknya akan jatuh ke tanah.
- Catatan; jangan memenen katak yang masih nempel di batangnya/ketiak daun.
- Untuk umbi, di panen sesuai keinginan. Jika ingin umbinya di panen di musim berikutnya, boleh di simpan di dalam tanah (tidak di angkat).
- Meskipun belum mau panen umbi namun ingin olah kembali tanahnya supaya lebih maksimal maka umbi boleh di angkat dan disimpan di rak penyimpanan.
- Baik mau di panen atau hanya mau di simpan di rak, pada saat proses dorman (masih kelihatan batangnya) segera beri tanda letak porangnya dengan potongan batang bambu atau kayu di sampingnya agar pada saat proses pengangkatan umbi dengan cangkul tidak melukai umbi porang.
- Sebaiknya pengangkatan umbi porang baik mau di jual atau disimpan lagi, waktunya di atas 2 bulan setelah dorman (mutu umbi maksimal) atau paling cepat 1 bulan setelah dorman.
- Jika di lokasi lahan, ketersidaan air cukup maka sebaiknya pada saat umbi di angkat sebaiknya segera di cuci dengan air agar semua organisme yang berada di kulit porang bersih sehingga umbi porang terhindar dari potensi jamur.
- Setelah di cuci, langsung di jemur atau di angin-anginkan sampai umbinya kering dari air.
- Baik mau di jual atau tidak, segera simpan umbi di rak penyimpanan tanpa di tumpuk (satu lapis saja).
- Jika mau di jual dan sudah ada yang mau beli dan mau ambil segera, boleh di karungi dan di simpan di tempat yang tidak kena air. Namun jika pembelinya belum ada atau masih lama datangnya, kami sarankan simpan di rak untuk menjaga mutu umbi porangnya.
Sekian dari kami, jangan di telan mentah-mentah informasi dari kami namun pelajari banyak sumber tentang budidaya porang dan kalau ada waktu lowong datangi petani yang sudah sukses.
Salam…
Konjac Farm
Budidaya Porang Jawa Barat